Jumat, 14 November 2014

Iblis Pemenangnya?


Created by Ditdit Nugeraha Utama
@Göttingen, Germany

Bismillah...
Sedih? Mengapa harus sedih. Marah? Tentu tidak. Lelah? Mungkin iya, namun itu wajar, karena kita manusia. Berhenti berbuat? Tentunya bukan solusi logis yang harus diambil. Jikalau saja, hanya satu orang di dunia ini yang sedang memperjuangkan kebenaran itu, dengan keringat darah sekali pun, tentunya satu orang tersebut adalah aku. Dari jauh aku melihat dan meneropong  berbagai kejadian nyata. Dari mulai level tertinggi pejabat republik ini, sampai dengan level terendah; dari bidang pendidikan yang harusnya steril dari praktik-praktik rusak, sampai dengan bidang politik yang memang telah kotor; dari orang dewasa, sampai anak balita; sebagian besar dalam sebuah lingkaran setan tanpa ujung. Benar dipelintir menjadi salah, salah didewakan dengan citra sempurna sehingga berkesan benar. Berita nyata dibahasakan tidak jujur, yang kadang membingungkan orang awam yang melihatnya. Dosen yang asyik nyabu bersama mahasiswanya, pejabat sombong yang selalu bersuara lantang memperjuangkan pepesan kosong, para pemimpin yang sibuk membuat tandingan-tandingan, dan masih banyak lagi kejadian lingkaran setan yang terus diputar setiap harinya; membuat kepala ini seakan ingin meledak saja. Setelah itu, aku hanya bisa menghela napas dalam- dalam, dan meyakinkan diriku kembali, bahwa inilah jaman fitnah tersebut.

Ibu pertiwi sedang resah dan menangis. Buminya diinjak-injak oleh para manipulator ulung, airnya dipakai untuk meramu racun mematikan, udaranya dihirup untuk memberangus kebenaran, cahaya mentarinya dimanfaatkan untuk energi kejahatan. Entah apa yang sedang mereka perjuangkan. Kebenaran – di mata manusia – tidaklah harus selalu menang; namun – sejatinya – kebenaran pastilah menjadi ladang amal di mata ALLAH, sebuah kemenangan hakiki, yang ALLAH – pasti – akan mengganjarnya. Iblis memang pernah berhasil menipu dan menjerumuskan Adam AS, namun ALLAH tidak pernah menyatakan bahwa iblislah pemenangnya, walau iblis tertawa terbahak-bahak dan merayakan – yang dianggap – kemenangannya.

Kemenangan bukanlah hak manusia, apalagi kemenangan yang hanya indah di hadapan bola mata manusia lain. Kemenangan hanyalah hak ALLAH. Kemenangan bukan menjadi ukuran atas berat timbangan amal manusia. Kemenangan hanyalah sebuah bonus, bagi siapa saja yang menjalankan dan meraihnya dengan hakikat benar nan logis. Kemenangan bukanlah sesuatu yang akan dipertanggungjawabkan nantinya, apa yang dilakukan untuk meraihnyalah yang akan ditimbang kelak.

Jadi bagi para pejuang kebenaran, siapa pun itu; kemenangan bukanlah indikator apa-apa. Kemenangan hanyalah permainan manusia saja. Bahkan, kemenangan itu – malah – dapat dibeli, dari orang-orang yang sebenarnya kalah. Kemenangan bukanlah sesuatu yang istimewa; apa yang sedang kita kerjakan, dengan apa kita kerjakan, berdasarkan apa kita mengerjakan, dengan niat apa kita melakukan; itu semua hakikatnya, itu semua menjadi titik-titik air sejuk dan bulir amalan yang pasti akan dipertanggungjawabkan di dalam sebuah kekekalan kelak.

Teruslah berjuang kawan. Teruslah memperjuangkan kebenaran hakiki tersebut. Jangan pernah pantang surut ke belakang, karena titik akhir pastilah ada. Bertahanlah sampai batas tersebut, dan songsonglah kehidupan sesungguhnya. [dnu]

Alhamdulillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar