Created by Ditdit Nugeraha Utama
@Göttingen, Germany
Bismillah...
Sedih? Mengapa harus sedih.
Marah? Tentu tidak. Lelah? Mungkin iya, namun itu wajar, karena kita manusia.
Berhenti berbuat? Tentunya bukan solusi logis yang harus diambil. Jikalau saja,
hanya satu orang di dunia ini yang sedang memperjuangkan kebenaran itu, dengan
keringat darah sekali pun, tentunya satu orang tersebut adalah aku. Dari jauh
aku melihat dan meneropong berbagai
kejadian nyata. Dari mulai level tertinggi pejabat republik ini, sampai dengan level
terendah; dari bidang pendidikan yang harusnya steril dari praktik-praktik
rusak, sampai dengan bidang politik yang memang telah kotor; dari orang dewasa,
sampai anak balita; sebagian besar dalam sebuah lingkaran setan tanpa ujung. Benar
dipelintir menjadi salah, salah didewakan dengan citra sempurna sehingga
berkesan benar. Berita nyata dibahasakan tidak jujur, yang kadang membingungkan
orang awam yang melihatnya. Dosen yang asyik nyabu bersama mahasiswanya, pejabat
sombong yang selalu bersuara lantang memperjuangkan pepesan kosong, para
pemimpin yang sibuk membuat tandingan-tandingan, dan masih banyak lagi kejadian
lingkaran setan yang terus diputar setiap harinya; membuat kepala ini seakan
ingin meledak saja. Setelah itu, aku hanya bisa menghela napas dalam- dalam,
dan meyakinkan diriku kembali, bahwa inilah jaman fitnah tersebut.
Ibu pertiwi sedang resah
dan menangis. Buminya diinjak-injak oleh para manipulator ulung, airnya dipakai
untuk meramu racun mematikan, udaranya dihirup untuk memberangus kebenaran,
cahaya mentarinya dimanfaatkan untuk energi kejahatan. Entah apa yang sedang mereka
perjuangkan. Kebenaran – di mata manusia – tidaklah harus selalu menang; namun –
sejatinya – kebenaran pastilah menjadi ladang amal di mata ALLAH, sebuah kemenangan
hakiki, yang ALLAH – pasti – akan mengganjarnya. Iblis memang pernah berhasil menipu
dan menjerumuskan Adam AS, namun ALLAH tidak pernah menyatakan bahwa iblislah
pemenangnya, walau iblis tertawa terbahak-bahak dan merayakan – yang dianggap –
kemenangannya.
Kemenangan bukanlah hak manusia,
apalagi kemenangan yang hanya indah di hadapan bola mata manusia lain. Kemenangan
hanyalah hak ALLAH. Kemenangan bukan menjadi ukuran atas berat timbangan amal manusia.
Kemenangan hanyalah sebuah bonus, bagi siapa saja yang menjalankan dan
meraihnya dengan hakikat benar nan logis. Kemenangan bukanlah sesuatu yang akan
dipertanggungjawabkan nantinya, apa yang dilakukan untuk meraihnyalah yang akan
ditimbang kelak.
Jadi bagi para pejuang kebenaran, siapa
pun itu; kemenangan bukanlah indikator apa-apa. Kemenangan hanyalah permainan
manusia saja. Bahkan, kemenangan itu – malah – dapat dibeli, dari orang-orang
yang sebenarnya kalah. Kemenangan bukanlah sesuatu yang istimewa; apa yang
sedang kita kerjakan, dengan apa kita kerjakan, berdasarkan apa kita
mengerjakan, dengan niat apa kita melakukan; itu semua hakikatnya, itu semua
menjadi titik-titik air sejuk dan bulir amalan yang pasti akan
dipertanggungjawabkan di dalam sebuah kekekalan kelak.
Teruslah berjuang kawan.
Teruslah memperjuangkan kebenaran hakiki tersebut. Jangan pernah pantang surut
ke belakang, karena titik akhir pastilah ada. Bertahanlah sampai batas
tersebut, dan songsonglah kehidupan sesungguhnya. [dnu]
Alhamdulillah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar