Created by Ditdit Nugeraha Utama
@Göttingen, Germany
Bismillah…
“Katakanlah (Muhammad), ‘Aku
(berada) di atas keterangan yang nyata (Al-Qur’an) dari Tuhanku sedang kamu
mendustakannya. Bukanlah kewenanganku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut
untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak ALLAH, DIA
menerangkan kebenaran dan DIA pemberi
keputusan yang terbaik’” (Q.S. Al-An’am [6]: 57).
Apakah sebenarnya hak asasi itu? Sebuah phrase yang membuat kepalaku
mendidih untuk memikirkannya. Sebuah jargon yang kadang otakku harus berpikir
sangat keras untuk mencernanya. Hak asasi sepertinya telah menjadi sebuah
istilah yang sangat menyeramkan, bagi orang yang melanggarnya. Hak asasi
sepertinya telah menjadi dua buah kata yang digunakan sebagai satu-satunya alasan
manusia untuk menuntut dalam sebuah perkara yang tidak berhasil diselesaikan. Bahkan,
hak asasi sepertinya telah menjadi sebuah term yang menggantikan posisi Sang
Maha Kuasa sebagai pemutus segala perkara dan pembuat aturan sakral. Sepertinya
sebuah hukuman kelabu, jika kita bermasalah dengan istilah yang satu ini.
Apakah sebenarnya hak asasi itu? Jika diambil sebuah definisi umum, hak
asasi bisa saja diartikan sebagai hak-hak yang melekat atau dimiliki oleh
sebuah subjek. Jika dia hak asasi manusia, berarti subjeknya adalah manusia.
Lantas, hak atas apa? Apakah hak atas hidup? Bahkan batas hidup saja, tidak ada
satu orang pun tahu; lacur bagaimana kita mengakui bahwa hidup adalah hak asasi.
Atau hak untuk beragama? Bukankah untuk beragama itu adalah sebuah perintah dan
bukan sebuah hak? Atau mungkin hak untuk sehat atau memiliki kesehatan? Bahkan dokter
spesialis saja bisa sakit. Oh mungkin hak untuk belajar atau menuntut ilmu? Hmmm…
Bukankah belajar atau menuntut ilmu itu pun kewajiban yang melekat pada diri
setiap individu muslim? Lantas, hak atas apa? Itulah, mengapa phrase ini
membuat kepalaku mendidih…
Sepertinya istilah hak asasi muncul dikarenakan sudut pandang yang
teryakini. Sebuah sudut pandang manusia yang hanya bisa menuntut, bukan
berbuat; hanya bisa meminta, bukan memberi. Jika orientasi dan sudut pandang
itu kita ubah, mungkin permasalahan hak asasi ini pun tidak harus menjadi
permasalahan besar; karena tuntutan orang atau manusia lain, tidak sempat
terlontar, namun telah terpenuhi sejalan atas penyempurnaan
kewajiban-kewajibannya.
Apa yang
telah kau berikan untuk agamamu, atau untuk negaramu? Mungkin itu akan menjadi point of view yang bisa
merubah bahwa hak asasi itu sebenarnya permasalahan menuntut, menerima dan
mendapatkan. Menuntut, menerima dan mendapatkan segala sesuatu atas pihak lain
yang menjalankan kewajibannya.
Renunganku aku akhiri pada sebuah simpulan yang sangat debatable, atau
mungkin masih banyak lagi yang harus dicari jawabannya. Namun, setidaknya simpulan
ini membuatku mampu tersenyum di dalam menjalankan berkehidupanku. Bahwa
seharusnya aku mencoba untuk menghapus dua kata ‘hak asasi’ di dalam kamus berkehidupanku,
dan lebih fokus kepada pemenuhan ‘kewajiban hakiki’ku pada akhirnya. Jika pemenuhanku
atas ‘kewajiban hakiki’ku sempurna, maka tidak akan ada lagi orang lain yang
menuntut ‘hak’ – walau sebenarnya tidak dapat dikatakan ‘hak’ juga – atas apa-apa
dariku.
Bahkan untuk tubuhku ini, ALLAH telah membatasi segalanya lewat aturan
indah. Bahkan untuk hidupku ini, ALLAH telah menetapkan batasnya yang jelas dan
pasti. Bahkan untuk oksigen yang aku hirup, cahaya matahari yang aku nikmati,
senandung burung yang aku dengar; tidak akan pernah akan aku dapatkan lagi jika
ALLAH menghendakinya. Tidak pernah terpikirkan bahwa itu semua telah aku
akuisisi sebagai hakku. Tidak pernah tersiratkan bahwa itu semua telah aku curi
dari ALLAH yang memiliki hak mutlak atas segala. Ya, jika aku meyakini bahwa
itu semua adalah hakku, sebenarnya aku telah mencurinya dari ALLAH, zat pemilik
hak mutlak atas segala. Pemenuhan segala kewajiban hakikiku menjadi konsentrasi
utamaku pada akhirnya. Pemenuhan kewajiban hakikiku harus telah menjadi sebuah
sudut pandangku pada akhirnya. Atas proses dan menjalankan berkehidupanku, guna
memenuhi target syukurku kepada ALLAH Azza wa Jalla…
Alhamdulillah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar