@Göttingen, Germany
Reviewed by itsallaboutmindset management
Published at Bulletin of Indonesia Islam Community in Germany, eds. June - July, 2013
Bismillah…
![]() |
Mount Titlis - Swiss, di atas Ketinggian 10.000 Kaki |
Terawang
akalku sangat jauh sekali, terbang melangit; membuat ku mencoba untuk menapaki kembali
semua rangkaian cerita yang telah terhadirkan dengan sangat sistematis;
menapaki sebuah masa, dimana Zat Awal sang pencipta, bediri dengan sangat kokohnya
untuk memulai skenario besarNYA, atas hidup dan berkehidupan ini. Berdasarkan enam
masaNYA, ALLAH memulai skenario cerita indahNYA dengan sangat terencana dan
penuh perhitungan. Teori big bang tentang dentuman hebat atas sesuatu yang
tadinya padu, hanyalah sebuah teori hasil statemen ulang para ilmuan yang mampu
membuktikan, bahwa penciptaan ALLAH sangatlah logis. Dengan dentuman sangat
dahsyat yang membentuk awan debu atas zat awal hidrogen, ALLAH menciptakan
tujuh lapis langit, ribuan milyar galaksi berbentuk piringan debu, jutaan
milyar bintang dan gas dalam struktur lembaran dan rongga berbentuk kapas,
ribuan cosmic holes sebagai mesin waktu penghubung antar galaksi, planet-planet
dan bumi atas efek sebuah reaksi nuklir yang menggema, hamparan bumi dengan
gunung-gemunung sebagai pasaknya, pengiriman air awal pada bumi oleh milyaran
komet berkadar hidrogen; kesemuanya benar-benar tertundukkan dalam sebuah titah
nan suci, berputar pada poros rotasinya, siang dan malam, tanpa satu detik pun
ada pembangkangan atasNYA; semua bertafakur pada lintasan putaran tawaf dengan
sangat khidmat. Ada keteraturan, kelogisan, ketertundukkan, atas sebuah sistem nan
sempurna; itu yang aku tangkap.
Terawang
logikaku sangat jauh sekali, melintasi dinding penyekat sempit; membuatku tersampaikan
pada sebuah masa, dimana ALLAH merencanakan seorang pemimpin untuk mengurus
dunia, pada milyaran tahun berselang setelah universe tercipta. Penciptaan Adam
As tidak pernah terbantahkan lagi oleh ilmu dan science mana pun; semua hasil
penelitian telah sangat meruncing pada sebuah kesimpulan akan kebenaran, bahwa
ada seorang manusia pertama di muka bumi yang bernama Adam As. Ketika segelintir
orang masih menganggap hebat dan mengkultuskan akan hadirannya Isa As di muka
bumi ini, karena proses kelahirannya yang tanpa ayah, yang dianggap sangat
ajaib; penciptaan Adam, seharusnya menjadi dianggap jauh lebih mengherankan
lagi, karena Adam As terlahir dan terciptakan tanpa pernah memiliki seorang
ayah dan ibu sekaligus. Tragedi Adam As memakan buah khuldi, karena hasutan si
iblis, dan mengalirkan cerita Adam As diturunkanNYA di sebuah titik pusat
rata-rata bumi; hanyalah sebuah tragedi, agar semua cerita ini menjadi sangat
logis dan masuk akal; sehingga cerita awal mengenai turunnya Adam ke punggung
bumi, untuk menjadi khalifah dan nahkoda di panggung permadani alam ini, pun menjadi
sangat logis pada akhirnya. Lagi, ada keteraturan, kelogisan, ketertundukkan, atas
sebuah titah aturan dan hukum yang tertegakkan dengan sangat murni; itu yang
berhasil aku pahami.
Secara
urut kacang, cerita ini mengalir tanpa ada pembangkangan sedikit pun juga;
semua mengalir pada rel skenarioNYA; semua mengalir dengan sangat teratur dan
terstruktur. Adam As, Siti Hawa, dan semua keturunannya; menafsirkan alam dan
kehidupan harian mereka menjadi sebuah ilmu; dan membuktikan bahwa titah
agungNYA menjadi hal nyata yang harus terimplementasikan dengan benar. Benar
dan salah yang datang silih berganti pada setiap harinya, menjadi momentum
pilihan akal yang harus dieksekusi; karena itu merupakan sebuah bentuk nyata,
bahwa manusia haruslah berkehidupan.
Zaman
silih berganti. Para sang penyampai titah dan para rasul itu pun silih berganti
pula datang dan pergi. Berbagai cerita mengalir dari waktu ke waktu, dan dari generasi
ke generasi; menjadikan bumi pun berputar, zaman pun beredar. Sampai pada akhirnya, ALLAH
harus menutup semua rangkaian kisah penyampaian perintah agung yang sempurna
ini, di suatu zaman yang telah ditentukan, yaitu di zaman Rasulullah. Lalu, spekulasi
berbagai jenis pertanyaan, datang menghujam di dada sempit ini. Mengapa harus
diakhiri cerita ini semua? Mengapa ALLAH menyatakan, bahwa semua ilmu dan
aturan telah tersampaikan semua dengan sangat sempurna pada 15 abad yang lalu?
Mengapa tidak ada nabi lagi setelahnya? Padahal, jika ada nabi lagi setelah
Rasulullah; kehidupan dunia ini – mungkin – tidak akan sehancur sekarang ini. Jawabannya
sangatlah sederhana. ALLAH hanya ingin membuktikan satu hal utama, kepada kita
semua; dan dalam rangka ingin melogiskan semua cerita skenarioNYA; bahwa yang
berhak punya kekekalan abadi, yang berhak tanpa awal dan tanpa akhir, hanyalah
ALLAH semata; selain ALLAH, haruslah memiliki batas kisahnya masing-masing. Dan,
semuanya tersimpulkan dengan sangat logis pada akhirnya; dan kita semua
tertakdirkan untuk hidup dan berkehidupan di fase akhir zaman. Kembali, ada keteraturan,
kelogisan, ketertundukkan, atas sebuah ilmu yang sangat jelas; itu yang aku yakini.
Keteraturan
itu, kelogisan itu, alasan semua makhlukNYA untuk tunduk itu, sistem yang
sempurna itu, hukum yang tertegakkan itu, ilmu yang terjelaskan itu; pada
sejatinya adalah Islam, ya Islam. Islam yang selama ini telah kita yakini dan
kita junjung tinggi nilai-nilainya; Islam yang seharusnya dipandang dan
diimplementasikan karena dianggap bukan sekedar sebagai sebuah dogma agama
semata; namun Islam sebagai satu kesatuan sistem, tata kelola, aturan, hukum,
way of life, dan rule of thumb bagi hidup dan berkehidupan kita; yang tidak
boleh kita pisahkan satu atas yang lainnya. Lantas mengapa kita harus
mencari-cari solutive way untuk menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi; bahkan
ALLAH saja merangkai cerita ini semua hanya dengan sebuah kata nan indah,
Islam.
Alhamdulillah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar