Minggu, 28 April 2013

Ask the Universe…

Created by Ditdit Nugeraha Utama
@Göttingen, Germany
Reviewed by itsallaboutmindset management
Published at Bulletin of Indonesia Islam Community in Germany, eds. June - July, 2013

Bismillah…
Mount Titlis - Swiss, di atas Ketinggian 10.000 Kaki
Terawang pikirku sangat jauh sekali, mengangkasa menelusuri jagat semesta; membuat di malamku ini, aku sulit sekali untuk memejamkan mata. Semua terasa sangat liar; berklebatan tak karuan dan bergerak jigjag tak beraturan di kepalaku ini. Hingar bingar kota, asap dan polusi yang membodohkan, dentum gelegar bunyi bom, teriakan yel-yel protes kaum marjinal nan tertindas karena ketidakadilan yang mereka rasakan, cerita akan derita dan bunuh diri para anak manusia yang mulai menjadi manusia-manusia oportunis, tangis bayi kelaparan, degradasi moral anak bangsa yang sangat nyata; merupakan sekelumit film yang berhasil aku rekam, yang malam ini tanpa sadar dan saling sahut-sahutan terputarkan kembali di otak kananku ini. Di sisi otakku yang lain, pada otak kiriku, ada harap dan damba yang membuncah, yang juga tidak kalah menggelisahkan kepala di malamku ini; nyanyian merdu suara burung di pagi hari, gemericik air telaga nan jernih, udara sehat dan segar yang memenuhi ruang pada rongga dada, keteraturan dalam sebuah antrian yang runut dan rendah hati, elusan sejuk ibu akan anak tercinta, peluk erat sang buah hati cahaya mata atas ayah tersayang, gandengan tangan dalam sebuah tujuan satu yang sangat bersinergi berlomba untuk menegakkan kebenaran; menjadi video mimpi yang berhasil ku putar dan ku putar kembali.
            Terawang akalku sangat jauh sekali, terbang melangit; membuat ku mencoba untuk menapaki kembali semua rangkaian cerita yang telah terhadirkan dengan sangat sistematis; menapaki sebuah masa, dimana Zat Awal sang pencipta, bediri dengan sangat kokohnya untuk memulai skenario besarNYA, atas hidup dan berkehidupan ini. Berdasarkan enam masaNYA, ALLAH memulai skenario cerita indahNYA dengan sangat terencana dan penuh perhitungan. Teori big bang tentang dentuman hebat atas sesuatu yang tadinya padu, hanyalah sebuah teori hasil statemen ulang para ilmuan yang mampu membuktikan, bahwa penciptaan ALLAH sangatlah logis. Dengan dentuman sangat dahsyat yang membentuk awan debu atas zat awal hidrogen, ALLAH menciptakan tujuh lapis langit, ribuan milyar galaksi berbentuk piringan debu, jutaan milyar bintang dan gas dalam struktur lembaran dan rongga berbentuk kapas, ribuan cosmic holes sebagai mesin waktu penghubung antar galaksi, planet-planet dan bumi atas efek sebuah reaksi nuklir yang menggema, hamparan bumi dengan gunung-gemunung sebagai pasaknya, pengiriman air awal pada bumi oleh milyaran komet berkadar hidrogen; kesemuanya benar-benar tertundukkan dalam sebuah titah nan suci, berputar pada poros rotasinya, siang dan malam, tanpa satu detik pun ada pembangkangan atasNYA; semua bertafakur pada lintasan putaran tawaf dengan sangat khidmat. Ada keteraturan, kelogisan, ketertundukkan, atas sebuah sistem nan sempurna; itu yang aku tangkap.
            Terawang logikaku sangat jauh sekali, melintasi dinding penyekat sempit; membuatku tersampaikan pada sebuah masa, dimana ALLAH merencanakan seorang pemimpin untuk mengurus dunia, pada milyaran tahun berselang setelah universe tercipta. Penciptaan Adam As tidak pernah terbantahkan lagi oleh ilmu dan science mana pun; semua hasil penelitian telah sangat meruncing pada sebuah kesimpulan akan kebenaran, bahwa ada seorang manusia pertama di muka bumi yang bernama Adam As. Ketika segelintir orang masih menganggap hebat dan mengkultuskan akan hadirannya Isa As di muka bumi ini, karena proses kelahirannya yang tanpa ayah, yang dianggap sangat ajaib; penciptaan Adam, seharusnya menjadi dianggap jauh lebih mengherankan lagi, karena Adam As terlahir dan terciptakan tanpa pernah memiliki seorang ayah dan ibu sekaligus. Tragedi Adam As memakan buah khuldi, karena hasutan si iblis, dan mengalirkan cerita Adam As diturunkanNYA di sebuah titik pusat rata-rata bumi; hanyalah sebuah tragedi, agar semua cerita ini menjadi sangat logis dan masuk akal; sehingga cerita awal mengenai turunnya Adam ke punggung bumi, untuk menjadi khalifah dan nahkoda di panggung permadani alam ini, pun menjadi sangat logis pada akhirnya. Lagi, ada keteraturan, kelogisan, ketertundukkan, atas sebuah titah aturan dan hukum yang tertegakkan dengan sangat murni; itu yang berhasil aku pahami. 
            Secara urut kacang, cerita ini mengalir tanpa ada pembangkangan sedikit pun juga; semua mengalir pada rel skenarioNYA; semua mengalir dengan sangat teratur dan terstruktur. Adam As, Siti Hawa, dan semua keturunannya; menafsirkan alam dan kehidupan harian mereka menjadi sebuah ilmu; dan membuktikan bahwa titah agungNYA menjadi hal nyata yang harus terimplementasikan dengan benar. Benar dan salah yang datang silih berganti pada setiap harinya, menjadi momentum pilihan akal yang harus dieksekusi; karena itu merupakan sebuah bentuk nyata, bahwa manusia haruslah berkehidupan.
            Zaman silih berganti. Para sang penyampai titah dan para rasul itu pun silih berganti pula datang dan pergi. Berbagai cerita mengalir dari waktu ke waktu, dan dari generasi ke generasi; menjadikan bumi pun berputar, zaman pun beredar. Sampai pada akhirnya, ALLAH harus menutup semua rangkaian kisah penyampaian perintah agung yang sempurna ini, di suatu zaman yang telah ditentukan, yaitu di zaman Rasulullah. Lalu, spekulasi berbagai jenis pertanyaan, datang menghujam di dada sempit ini. Mengapa harus diakhiri cerita ini semua? Mengapa ALLAH menyatakan, bahwa semua ilmu dan aturan telah tersampaikan semua dengan sangat sempurna pada 15 abad yang lalu? Mengapa tidak ada nabi lagi setelahnya? Padahal, jika ada nabi lagi setelah Rasulullah; kehidupan dunia ini – mungkin – tidak akan sehancur sekarang ini. Jawabannya sangatlah sederhana. ALLAH hanya ingin membuktikan satu hal utama, kepada kita semua; dan dalam rangka ingin melogiskan semua cerita skenarioNYA; bahwa yang berhak punya kekekalan abadi, yang berhak tanpa awal dan tanpa akhir, hanyalah ALLAH semata; selain ALLAH, haruslah memiliki batas kisahnya masing-masing. Dan, semuanya tersimpulkan dengan sangat logis pada akhirnya; dan kita semua tertakdirkan untuk hidup dan berkehidupan di fase akhir zaman. Kembali, ada keteraturan, kelogisan, ketertundukkan, atas sebuah ilmu yang sangat jelas; itu yang aku yakini.
            Keteraturan itu, kelogisan itu, alasan semua makhlukNYA untuk tunduk itu, sistem yang sempurna itu, hukum yang tertegakkan itu, ilmu yang terjelaskan itu; pada sejatinya adalah Islam, ya Islam. Islam yang selama ini telah kita yakini dan kita junjung tinggi nilai-nilainya; Islam yang seharusnya dipandang dan diimplementasikan karena dianggap bukan sekedar sebagai sebuah dogma agama semata; namun Islam sebagai satu kesatuan sistem, tata kelola, aturan, hukum, way of life, dan rule of thumb bagi hidup dan berkehidupan kita; yang tidak boleh kita pisahkan satu atas yang lainnya. Lantas mengapa kita harus mencari-cari solutive way untuk menyelesaikan semua permasalahan yang terjadi; bahkan ALLAH saja merangkai cerita ini semua hanya dengan sebuah kata nan indah, Islam.

Alhamdulillah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar