Senin, 02 September 2013

Maka, Lurusakanlah Shaf Itu…


@Göttingen, Germany
Originally shared on Kalam - Göttingen (Klik disini)

Bismillah…
Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya lurusnya shaf termasuk kesempurnaan solat (HR. Muslim)

Salah satu sifat – buruk – dari manusia yang berulang kali ALLAH surat dan siratkan di dalam AlQur’an adalah pembangkangan. Ada banyak alasan logis, yang menjadikan manusia menjadi pembangkang dan keras kepala. Kerena umur; merasa lebih berpengalaman dan – seperti sebuah kebetulan bahwa – kebenaran itu datangnya dari yang lebih muda, memungkinkan kebenaran tersebut sulit menembus otaknya. Karena level pendidikan; pengakuan kebenaran atas ucap seseorang berlevel pendidikan lebih rendah darinya, menjadi sesuatu yang teramat berat. Karena kekayaan; mahfum sekali ketika orang kaya lebih merasa benar dari pada orang yang dianggapnya lebih miskin. Karena turunan, keumuman dan budaya; kebenaran ditolak karena nenek dan moyangnya tidak melakukan, kebanyakan orang pun menyangkalnya, atau tidak sesuai dengan budaya yang sedang berkembang. Dan masih ada puluhan dan ratusan alasan klasik yang menyebabkan manusia membangkang dari kebenaran. Padahal, saking maha pengasih dan penyayangnya ALLAH, ada beribu nasihat, berpuluhribu petuah dan berjuta ilham yang tersebar setiap waktunya, hanya untuk menjadikan kita lebih baik dan benar setiap harinya. 

Lebah memberi nasihat akan keikhlasan untuk memberi kebaikan setiap detiknya, memakan segala yang halal dan toyib, serta berpijak bukan menginjak; ketika lebah ALLAH ciptakan untuk mampu mengeluarkan madu berkadar obat, ketika lebah menghirup sari pati bunga nan alami, dan ketika lebah hinggap di tangkai kembang tanpa mematahkannya. Matahari memberikan tadabur sangat besar bahwa cahaya mampu membedakan segala, seperti halnya AlQur’an sebagai pembeda; ketika ALLAH menciptakannya untuk memposisikannya – sangat tinggi – di atas bumi dan menyinari alam semesta. Anak kecil memberikan ilmu kepolosan dalam kejujuran; ketika ALLAH menjadikan anak kecil berprilaku apa adanya tanpa ada topeng yang menutupi wajahnya. Dan masih ada jutaan tadabur lain yang bisa diekstrak lalu diolah akal ini, untuk menjadikan kita lebih baik dan benar setiap harinya.

Lantas, mengapa manusia tidak menjadi sang pemberi manfaat ke sebanyak-banyaknya manusia lain? Lantas, mengapa manusia tidak menjadi maksimal berusaha untuk memakan semua yang halal dan toyib? Lantas, mengapa manusia selalu menginjak dan meninggalkan jejak buruk hanya untuk melampiaskan egonya? Lantas, mengapa manusia tidak menjadikan AlQur’an ditempatkan pada posisi tertinggi atas setiap tingkah polanya, agar AlQur’an mampu menuntun kita untuk dapat membedakan warna semuanya dengan sangat jelas, dan tidak membiarkan manusia dalam kebingungan untuk memahami atas hak dan bathil? Lantas, mengapa kita masih memakai topeng muka dan diri ini, hanya ingin dipandang lebih dari manusia lain? Mengapa…? Mengapa…?

Pun sehingga, pembangkangan telah menjadi pemandangan rutin setiap harinya. Keangkuhan telah menutupi hati manusia untuk membuka seluas-luasnya cahaya kebanaran ALLAH. Keculasan telah menutupi akal manusia untuk mengolah semua input baik yang dapat membuat kita menjadi lebih bijak. Bahkan, teguran sahabatnya sendiri pun seperti menjadi tamparan yang membuncahkan amarah yang siap menerkam si pembawa risalah. Manusia, itulah manusia…

Seharusnya, sudah tidak ada waktu dan kesempatan lagi untuk memikirkan ego sendiri; karena corong senjata musuh-musuh islam telah mengarah ke muka-muka ini. Seharusnya, sudah tidak ada kesempatan lagi untuk mengagungkan diri ini; karena tatanan sistem yang kita perjuangkan, telah hampir roboh tak berbekas. Seharusnya, semangat menjadi lebih baik pada level individu, komunitas dan bangsa, harus menjadi pikiran tiap saatnya; karena dekadensi dan kehancuran sistemik telah mampu memporak-porandakan kadar iman dan islam jutaan calon penerus bangsa ini.

Lurusnya shaf menjadi jawaban pada akhirnya. Ada ikatan bersama, ada gerbong yang tidak beda, ada rel yang sejurus, ada hadapan yang searah, yang terselimuti tatanan berkehidupan pada pondasi kesempurnaan kharisma sistem islam; itu jawabannya. Ketika kita saling tahu dan paham pada dasar pemahaman yang sama benar; teguran sekeras apa pun, akan menjadi nyanyian yang sangat merdu terdengar di telinga ini. Ketika kita ada di dalam arus perjuangan kebenaran yang sama benar; teguran – sahabat – akan menjadi puisi yang sangat menyejukkan hati ini. Bahkan, tamparan – pengingat – teman-teman pada satu shaf yang sama; akan menjadi belaian lembut untuk membuat kita menjadi lebih mendekat kepada ALLAH. Karena kita percaya, kita sedang bersama, pada gerbong yang tidak beda, pada rel yang sejurus dan pada hadapan yang searah…

Telah menjadi saatnya, maka, luruskanlah shaf itu; karena lurusnya shaf merupakan kesempurnaan solat kita, solat yang bukan hanya pada makna ritual saja, namun solat yang dipahami dengan sangat utuh. Telah menjadi waktunya, maka, luruskan shaf itu; karena lurusnya shaf merupakan kesempurnaan solat kita, solat yang sekuat tenaga harus kita dirikan, bukan hanya sekedar rutinitas ritual saja, namun harus mempu teraplikasikan nyata di dalam berislam kita. Telah menjadi masanya, maka, luruskan shaf itu; karena lurusnya shaf merupakan kesempuraan solat kita, solat yang menjadikan pelaku-pelakunya mampu dengan – sekuat tenaga – membangun tatanan dan sistem berkehidupan yang mampu mencegah perbuatan lalai, keji dan mungkar. Telah menjadi seharusnya, maka, luruskanlah shaf itu…

Alhamdulillah…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar