Created by Ditdit Nugeraha Utama
Bismillah…
Luruskanlah
shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya lurusnya shaf termasuk kesempurnaan solat
(HR. Muslim)
Salah
satu sifat – buruk – dari manusia yang berulang kali ALLAH surat dan siratkan
di dalam AlQur’an adalah pembangkangan. Ada banyak alasan logis, yang
menjadikan manusia menjadi pembangkang dan keras kepala. Kerena umur; merasa
lebih berpengalaman dan – seperti sebuah kebetulan bahwa – kebenaran itu datangnya
dari yang lebih muda, memungkinkan kebenaran tersebut sulit menembus otaknya. Karena
level pendidikan; pengakuan kebenaran atas ucap seseorang berlevel pendidikan
lebih rendah darinya, menjadi sesuatu yang teramat berat. Karena kekayaan;
mahfum sekali ketika orang kaya lebih merasa benar dari pada orang yang
dianggapnya lebih miskin. Karena turunan, keumuman dan budaya; kebenaran ditolak karena nenek dan moyangnya tidak melakukan, kebanyakan orang pun menyangkalnya, atau tidak sesuai dengan budaya yang sedang berkembang. Dan masih ada puluhan dan ratusan alasan klasik yang
menyebabkan manusia membangkang dari kebenaran. Padahal, saking maha pengasih
dan penyayangnya ALLAH, ada beribu nasihat, berpuluhribu petuah dan berjuta
ilham yang tersebar setiap waktunya, hanya untuk menjadikan kita lebih baik dan
benar setiap harinya.
Lebah memberi
nasihat akan keikhlasan untuk memberi kebaikan setiap detiknya, memakan segala
yang halal dan toyib, serta berpijak bukan menginjak; ketika lebah ALLAH
ciptakan untuk mampu mengeluarkan madu berkadar obat, ketika lebah menghirup
sari pati bunga nan alami, dan ketika lebah hinggap di tangkai kembang tanpa
mematahkannya. Matahari memberikan tadabur sangat besar bahwa cahaya mampu
membedakan segala, seperti halnya AlQur’an sebagai pembeda; ketika ALLAH
menciptakannya untuk memposisikannya – sangat tinggi – di atas bumi dan
menyinari alam semesta. Anak kecil memberikan ilmu kepolosan dalam kejujuran;
ketika ALLAH menjadikan anak kecil berprilaku apa adanya tanpa ada topeng yang
menutupi wajahnya. Dan masih ada jutaan tadabur lain yang bisa diekstrak lalu
diolah akal ini, untuk menjadikan kita lebih baik dan benar setiap harinya.
Lantas, mengapa manusia tidak menjadi sang pemberi
manfaat ke sebanyak-banyaknya manusia lain? Lantas, mengapa manusia tidak
menjadi maksimal berusaha untuk memakan semua yang halal dan toyib? Lantas, mengapa
manusia selalu menginjak dan meninggalkan jejak buruk hanya untuk melampiaskan
egonya? Lantas, mengapa manusia tidak menjadikan AlQur’an ditempatkan pada
posisi tertinggi atas setiap tingkah polanya, agar AlQur’an mampu menuntun kita
untuk dapat membedakan warna semuanya dengan sangat jelas, dan tidak membiarkan
manusia dalam kebingungan untuk memahami atas hak dan bathil? Lantas, mengapa kita
masih memakai topeng muka dan diri ini, hanya ingin dipandang lebih dari
manusia lain? Mengapa…? Mengapa…?
Pun sehingga,
pembangkangan telah menjadi pemandangan rutin setiap harinya. Keangkuhan telah
menutupi hati manusia untuk membuka seluas-luasnya cahaya kebanaran ALLAH. Keculasan
telah menutupi akal manusia untuk mengolah semua input baik yang dapat membuat
kita menjadi lebih bijak. Bahkan, teguran sahabatnya sendiri pun seperti
menjadi tamparan yang membuncahkan amarah yang siap menerkam si pembawa
risalah. Manusia, itulah manusia…
Seharusnya,
sudah tidak ada waktu dan kesempatan lagi untuk memikirkan ego sendiri; karena
corong senjata musuh-musuh islam telah mengarah ke muka-muka ini. Seharusnya,
sudah tidak ada kesempatan lagi untuk mengagungkan diri ini; karena tatanan sistem
yang kita perjuangkan, telah hampir roboh tak berbekas. Seharusnya, semangat
menjadi lebih baik pada level individu, komunitas dan bangsa, harus menjadi
pikiran tiap saatnya; karena dekadensi dan kehancuran sistemik telah mampu
memporak-porandakan kadar iman dan islam jutaan calon penerus bangsa ini.
Lurusnya
shaf menjadi jawaban pada akhirnya. Ada ikatan bersama, ada gerbong yang
tidak beda, ada rel yang sejurus, ada hadapan yang searah, yang terselimuti tatanan berkehidupan pada pondasi kesempurnaan kharisma sistem islam; itu jawabannya. Ketika
kita saling tahu dan paham pada dasar pemahaman yang sama benar; teguran
sekeras apa pun, akan menjadi nyanyian yang sangat merdu terdengar di telinga
ini. Ketika kita ada di dalam arus perjuangan kebenaran yang sama benar;
teguran – sahabat – akan menjadi puisi yang sangat menyejukkan hati ini. Bahkan,
tamparan – pengingat – teman-teman pada satu shaf yang sama; akan menjadi
belaian lembut untuk membuat kita menjadi lebih mendekat kepada ALLAH. Karena kita
percaya, kita sedang bersama, pada gerbong yang tidak beda, pada rel yang sejurus
dan pada hadapan yang searah…
Telah menjadi saatnya, maka, luruskanlah shaf itu; karena
lurusnya shaf merupakan kesempurnaan solat kita, solat yang bukan hanya pada makna
ritual saja, namun solat yang dipahami dengan sangat utuh. Telah menjadi
waktunya, maka, luruskan shaf itu; karena lurusnya shaf merupakan kesempurnaan solat
kita, solat yang sekuat tenaga harus kita dirikan, bukan hanya sekedar rutinitas
ritual saja, namun harus mempu teraplikasikan nyata di dalam berislam kita. Telah
menjadi masanya, maka, luruskan shaf itu; karena lurusnya shaf merupakan kesempuraan
solat kita, solat yang menjadikan pelaku-pelakunya mampu dengan – sekuat tenaga
– membangun tatanan dan sistem berkehidupan yang mampu mencegah perbuatan lalai,
keji dan mungkar. Telah menjadi seharusnya, maka, luruskanlah shaf itu…
Alhamdulillah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar